Alkisah, ada sorang bapak setengah baya sedang duduk di depan teras rumahnya. Tatapannya tidak bergeming memperhatikan seekor ulat yang sedang berusaha keluar dari lubang sempit kepompongnya. Tubuh ulat berusaha sekuat tenaga melewati lubang sempit di ujung kepompong dan sangat kepayahan. Melihat kejadian itu sang bapak merasa iba, rasa kasihannya muncul melihat penderitaan sang ulat. Serta merta masuklah sang bapak kerumahnya lalu kembali dengan membawa gunting. Dengan hati-hati dipotongnya ujung kepompong tersebut sehingga lubangnya menjadi besar, sang ulat pun bias keluar dengan mudahnya. Jatuhlah sang ulat ke tanah, badannya kelihatan lemas dan berair.
Lama sang bapak memperhatikan tubuh ulat yang tergolek ditanah. Harapan dalam hatinya adalah sang ulat segera bergerak dan beranjak naik ke atas pohon untuk mengunyah daun-daun muda yang hijau. Tetapi harapan sang bapak tidak kunjung datang, sebaliknya sang ulat semakin tidak berdaya, badannya menggelembung dan akhirnya mati.
Lama sang bapak memperhatikan tubuh ulat yang tergolek ditanah. Harapan dalam hatinya adalah sang ulat segera bergerak dan beranjak naik ke atas pohon untuk mengunyah daun-daun muda yang hijau. Tetapi harapan sang bapak tidak kunjung datang, sebaliknya sang ulat semakin tidak berdaya, badannya menggelembung dan akhirnya mati.
Ada
yang tidak dipahami oleh bapak tersebut sehingga dengan tulusnya memotong
lubang sempit kepompong. Padahal lubang sempit di ujung kepompong adalah bentuk
kasih saying dari Allah agar cairan dalam tubuh ulat terdorong dan menyebar
keseluruh tubuhnya, mengisi rongga-rongga sayap dan kakinya sehingga pada
saatnya nanti sang ulat akan menjelma menjadi kupu-kupu yang memiliki tubuh
yang kuat.
Sahabatku,
apa yang kita anggap sebagai kesempitan, musibah, kesengsaraan, kekecewaan,
kegagalan, sebenarnya adalah karunia Allah Ta’ala agar kita menjadi manusia
yang tangguh, manusia yang kokoh, sabar dan kreatif mencari solusi dari setiap
masalah yang kita hadapi. Bukankah kita sering berdoa, “Ya Allah, jadikanlah
hamba manusia yang penuh kasih sayang”, maka Allah kirim orang yang membenci,
kita agar kita bisa membalas rasa benci seseorang dengan kasih sayang. Bukankah
kita sering berdoa, “Ya Allah, jadikanlah hamba golongan orang yang penyabar”,
maka Allah Ta’ala kabulkan doa kita dengan memusnahkan sebagian harta kita atau
mengambil orang-orang yang kita sayangi agar kita berlatih menjadi orang yang
sabar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar